Kondisi Covid-19 di Toulouse Mulai Mengkhawatirkan
Assalamu’alaikum.
Bener ga sih Prancis alami
gelombang kedua penyebaran Covid-19? Saya tidak ingin mengiyakan, apalagi
mengamini. Tapi susah juga melihat kenyataan di minggu-minggu ini terjadi
lonjakan kasus di Prancis. Dari laman Santé Public France, terakhir tercatat sekitar
3.600 kasus dalam 1 hari, dan sempat memuncak sampai 4.700, ngeri banget! Di Toulouse, belakangan ini juga sudah diberlakukan
beberapa aturan baru yang cukup ketat untuk meminimalisir lonjakan kasus
tersebut. Lalu seperti apa kondisi terkini di Toulouse, apakah
se-mengkhawatirkan itu? Keep reading.
Kilas balik di tulisan saya
tentang pelonggaran lockdown dan new normal di Prancis, sebelumnya Prancis sudah melakukan lockdown
atau confinement sejak awal penyebaran virus Covid-19. Setelah dirasa
berhasil menurunkan kurva penyebaran virus, Prancis pun perlahan melonggarkan
aturan lockdown dengan 3 tahapan yang berakhir pada 11 Juli 2020 lalu. Waktu
itu bertepatan juga dengan liburan musim panas. Warga Prancis menyebutnya
dengan les grandes vacances (baca: le grongd vakong) yang artinya
libur besar. Sekedar informasi, bahwa libur musim panas disebut libur besar
karena memang waktunya lama dan merupakan liburan yang paling dinanti oleh
warga Prancis. Mengingat, mereka sangat merindukan teriknya matahari. Sebagian pekerja bahkan diwajibkan mengambil jatah cuti musim panas, anak sekolah dan mahasiswa pun diliburkan untuk dapat
menikmati waktu bersama keluarga secara total.
Antara liburan dan virus
Seperti yang saya singgung di atas,
bulan Juli hingga saat ini merupakan waktu libur musim panas. Para keluarga tentu
saja memanfaatkannya dengan berlibur ke lokasi yang “panas”, saking cintanya sama
terik matahari, seperti pantai, danau, sungai, gunung, kolam renang, taman, dan
lainnya. Selain itu, pemerintah juga memberikan fasilitas untuk menyemarakkan
libur besar ini seperti mengadakan acara-acara seru dan menarik, seperti
konser, pertunjukan di museum dan pameran, bahkan instalasi mainan seperti
bianglala. Memang euforia musim panas ini tak terelakkan, semua orang ingin
berlibur, termasuk saya! Tapi apalah daya, bayi masih di perut dan kondisi
memang belum memungkinkan.
Nah euforia itulah yang membuat
orang cenderung abai terhadap protokol kesehatan. Hal tersebut menurut
pengamatan saya terjadi karena dua hal. Pertama, di musim panas kali ini, Prancis selatan dan
sekitarnya sedang mendapati Canicule atau gelombang panas, yang membuat derajat
dan udara di wilayah tersebut terasa sangat panas dan kering. Bisa kebayang kan
kalo lagi di luar rumah trus pake masker, engap nya kayak apa? Logis juga
sih orang cenderung tidak mengenakan masker karena kurang nyaman untuk bernafas,
saya turut merasakannya. Kedua, destinasi favorit musim panas adalah pantai. Pantai
yang luas seolah berubah jadi lautan manusia; yang berenang lah, yang berjemur lah,
yang main pasir lah, yang olahraga air lah. Tentu saja, tidak ada lagi penjagaan
jarak antarorang. Begitu juga yang terjadi di kolam renang umum. Bahkan salah satu kolam
renang di Toulouse sempat ditutup kembali karena ternyata ada pengunjung yang
positif Covid-19 (20minutes.fr). Dengan demikian, orang tidak lagi peduli dengan keberadaan
virus. Terlebih lagi saat ini semakin banyak yang positif tanpa gejala. Sehingga,
mungkin dari situlah virus Covid-19 mulai menyebar lagi. Hal yang lebih mengkhawatirkan
yaitu virus tersebut sekarang lebih banyak menyebar di kalangan muda dengan
usia di bawah 40 tahun dibandingkan dulu yang lebih menyerang usia lanjut di
atas 65 tahun (LaDepeche.fr).
Kondisi Toulouse dulu dan sekarang
Kota Toulouse sendiri sebelumnya dikategorikan
sebagai zona hijau, yang berarti penyebaran virus Covid-19 masih terkendali. Masyarakatnya
juga masih senantiasa peduli dan menaati protokol kesehatan umum seperti
menggunakan masker di dalam transportasi umum, menjaga jarak, dan mencuci
tangan atau menggunakan hand sanitizer. Akan tetapi, semakin ke sini, nampaknya
semakin jenuh menaati peraturan dan menganggap virus tersebut sudah lenyap. Sehingga,
penggunaan masker tidak sepenuhnya ditaati, misalnya seseorang baru memakai
maskernya setelah berada di dalam transportasi umum, padahal seharusnya sebelum
naik udah harus pakai. Bahkan ada juga yang tidak pakai masker, tapi itu hanya satu dua orang saja, barangkali memang mereka lupa bawa masker. Didukung pula
dengan kelonggaran di dalam transportasi, yang sebelumnya antartempat duduk
diberi tanda sebagai jarak, kini tanda tersebut dihilangkan, jadi penumpang sudah
duduk bersebelahan. Di pusat perbelanjaan dan pertokoan sudah tidak lagi
memberlakukan sirkulasi keluar dan masuk bagi pengunjung. Mereka hanya
mewajibkan penggunaan masker dan menyediakan hand sanitizer. Adapun restoran
dan café sudah tidak lagi memberi jarak antarmeja, jadi pengunjung bisa
menempatinya secara bebas. Akan tetapi di kantor-kantor pemerintah, perbankan, klinik,
dan laboratorium kesehatan, protokol umum tersebut masih dijalankan sebagaimana mestinya.
Aturan baru di Toulouse
Sekitar dua minggu ini,
pemerintah Toulouse menerapkan aturan baru yang lebih ketat. Yaitu wajib
mengenakan masker ketika naik transportasi umum dan di zona-zona tertentu yang
dikhawatirkan berpotensi menjadi pusat penyebaran virus Covid-19, serta
diberlakukan denda sebesar 135€ atau sekitar 2,3 juta bagi yang
melanggar. Kemudian, baru saja Jum’at tanggal 21 Agustus 2020 kemarin,
pemerintah mengeluarkan aturan baru yaitu wajib menggunakan masker di luar
rumah bagi warga yang berusia di atas 11 tahun dan masih dengan denda tersebut.
Tidak hanya saat akan naik transportasi umum dan di zona tertentu, akan tetapi di mana saja, baik itu pejalan kaki, pesepeda, maupun pengendara motor atau skuter. Selain itu, pemerintah dan asuransi nasional saat ini memberikan fasilitas tes PCR atau SWAB gratis bagi warganya yang membutuhkan.
Sebelumnya untuk bisa tes tersebut harus dengan surat rujukan dokter kemudian membuat janji temu dengan laboratorium dan berbayar.
Akankah dilakukan lockdown lagi?
Dari artikel Actu Toulouse, pemerintah
Prancis tidak akan melakukan reconfinement atau lockdown kembali
secara total seperti dulu. Hal tersebut dikarenakan pemerintah saat ini dan
mungkin juga di seluruh dunia merasakan dampak ekonomi selama pandemi. Sehingga
untuk mengatasinya, kehidupan ekonomi harus tetap berjalan meskipun dibawah
bayang-bayang Covid-19. Jikalau diperlukan reconfinement, maka mungkin cukup
secara regional.
Ibrah yang dapat diambil
Dari kondisi terkini yang saya
paparkan di atas, ada ibrah yang seyogyanya kita ambil dan renungi. Pertama, virus
tersebut nyatanya masih ada di sekitar kita dan hidup berdampingan dengan kita.
Kedua, pemerintah di dunia ini beserta tenaga medis sudah sibuk memikirkan cara
terbaik meminimalisir penyebaran virus, juga untuk hidup berdampingan dengan
virus tapi tetap dapat beraktivitas normal, sembari berkutat dengan penemuan
vaksin yang tepat. Sebagai contoh, pemeritah Prancis membuat berbagai macam
agenda musim panas dan acara-acara seru untuk memfasilitasi warga agar bisa
tetap merasakan asiknya libur musim panas, meskipun dalam kondisi terbatas. Pada
intinya, tugas kita adalah menaati aturan yang diberlakukan. Memang sejatinya
urusan seseorang terpapar atau tidaknya virus itu kehendak Tuhan, tapi kita
wajib berusaha dan berdoa.
Pada akhirnya, kondisi saat ini memang kembali mengkhawatirkan. Adapun tulisan ini saya buat sebagai refleksi sekaligus pengingat untuk diri saya, keluarga saya, dan juga para pembaca di manapun berada untuk jangan bosan menaati protokol kesehatan yang berlaku untuk kebaikan bersama. Terima kasih telah menyempatkan membaca, sampai jumpa di tulisan berikutnya ya!
Wassalamu’alaikum.
Komentar
Posting Komentar